Melantjong Petjinan Soerabaia Episode 3 – Makam Kembang Kuning

Melantjong Petjinan Soerabaia Episode 3 – Makam Kembang Kuning

Okay berlanjut postingan saya mengenai Eka Praya kali ini perjalanan menjajal makam kembang kuning. Ini pertama kalinya saya muter-muter mengelilingi makam-makam yang ada di kembang kuning. Dari kuburan ala jepang sampai ala tionghoa pada umumnya, dari yang kuno hingga baru dikubur.

Setelah puas dengan mengelilingi makam-makam di daerah sekitar krematorium Eka Praya, maka dilanjutkan turun ke bawah menuju kantor makam kembang kuning yang berada di bawah. Bersama dengan penjaga makam yaitu Pak Sukadi. Beliau menunjukkan makam tionghoa yang berada di tengah-tengah perkampungan warga. Dulunya perkampungan warga tidak ada hanya makam yang memiliki lahan tanah luas sekali. Jadi sekarang, tepat di depan rumah Pak Sukadi masih terdapat makam yang masih awet hingga sekarang. Bapak ini tidak merasa takut jika tepat di depan rumahnya terdapat kuburan dari Loe Gien San, pemilik lahan yang sangat luas di daerah ini. Bapak Sukadi ini sekarang tinggal di Kembang Kuning kulon gang 1 no 46 menjabat sebagai kepala makam Kristen kembang kuning Surabaya.

Melantjong Petjinan Soerabaia Episode 3 – Krematorium Eka Praya

Melantjong Petjinan Soerabaia Episode 3 – Krematorium Eka Praya

Okay berlanjut postingan saya sebelumnya kali ini perjalanan dilanjutkan ke Krematorium Eka Praya yang terletak di jalan kembang kuning Surabaya. Kembang kuning di tempat ini juga krematorium (kremasi jenazah) juga tempat persemayaman terakhir (kuburan). Kantor eka praya berada di kembang jepun dan juga berada di kembang kuning. Menurut salah seorang petugas yaitu Pak Surawi berusia 44 tahun yang memandu romobongan kami di Eka Praya ini, mengurus kremasi sendiri lebih ribet karena membutuhkan waktu untuk mengurus surat-surat seperti LJKK (surat kematian), dokter, pemerintah daerah. Bagi pihak Eka Praya, surat-surat itu penting bahkan KTP serta KSK pun harus persis sama dengan yang meninggal. Jadi untuk lebih mudahnya lebih baik urus skalian dengan pihak toko peti mati, tidak perlu susah-susah mengurus dan tinggal memastikan jam dan tanggal kremasi.

Secara umum kremasi di Eka Praya tidak membatasi agama apapun. Pada prosesi kremasi, jika pihak keluarga yang meninggal telah siap dapat menekan tombol memulai prosesi pembakaran jenazah. Untuk pembakaran, peti mati tidak boleh lebih dari 10cm tebalnya. Pada saat pembakaran yang tersisa dari hasil pembakaran/kremasi adalah tulang, karena tulang tidak hancur oleh pembakaran, sehingga tulang ini ajab di giling kembali dengan penggilingan untuk di lembutkan menjadi abu.

Eka Praya dibangun di akhir tahun 1958 dan mulai beroperasi di tahun 1959. Untuk sekali prosesi pembakaran membutuhkan 150 liter solar sebagai bahan bakar kremasi. Ketentuan jumlah liter ini bergantung pada postur tubuh jenazah.

Melantjong Petjinan Soerabaia Episode 3 – Ario

Melantjong Petjinan Soerabaia Episode 3 – Ario


Okay berlanjut postingan saya mengenai bongpai dari sebelumnya kali ini perjalanan dilanjutkan ke Ario prosuden/pembuat peti mati dan siupan yang terletak di jalan dinoyo 94-96 dekat kampus WM (Widya Mandala). Di Ario ini jumlah karyawan sebanyak 50 orang namun juga tergantung pada kesibukan,misal banyak order dan event maka jumlah karyawan bisa bertmbah. Rekor yang pernah dipecahkan dalam sehari terdapat 18 pemakaman.

Ario petimati ini di rintis sendiri oleh Pak Ario Karyanto yang memiliki anak perempuan, Yohana disekolahkan khusus jurusan kuburan di Amerika. Kalau tidak salah Yohana sendiri pernah masuk liputan koran jawapos mengenai jurusannya yang agak melenceng karena kuliah kuburan sampai di Amerika*kalau tidak salah loh ya*.

Yohana sendiri lulusan ilmu pemakaman, di America sendiri ada sekitar 37 universitas yang memiliki jurusan ilmu pemakaman. Dengan materi-materi yang membahas :

  • Pengenalan budaya bangsa-bangsa
  • Psikologi
  • Chemistry dalam make-up supaya orang yang telah meninggal kelihatan orang tidur
  • Hukum
  • Seni restorasi, misalnya orang yang kecelakaan parah di buat seperti tidak terjadi apa-apa

Mr Richard suami dari Yohana menceritakan di China sana terdapat 4 musim, cingbing sendiri bertepatan dengan perubahan musim dimana 45 hari setelah musim semi.cara cingbing menunjukkan keluarga yang ditinggal oleh yang meninggal menghargai orang yang meninggal dengan membersihkan kuburan. Jaman sekarang cingbing dipermudah, era dahulu dalam perayaan cingbing, saudara yang paling tua harus dating di kuburan untuk berdoa namun sekarang sudah tidak harus pergi ke kuburan, bisa dengan bersembahyang di meja altar rumah yang ada foto dari yang meninggal juga sudah termasuk memperingati cingbing.

Di Taiwan dan Singapore tidak ada tanah untuk kuburan dan hampir dipastikan 100% jenazah akan dibakar/kremasi. Sedangkan tanah di Indonesia begitu luas dan masyarakat tionghoa di Indonesia sudah bercampur dengan budaya muslim untuk mengubur jenazah, oleh karena itu kebanyakan orang tionghoa di Indonesia mengubur yang meninggal dengan dikebumikan kembali ke tanah dengan prinsip dari tanah kembali ke tanah dan tidak menyukai kremasi.

Budaya masyarakat tionghoa di Indonesia yang setelah kremasi akan menyebar abu jenazah di laut, sedangkan orang di China takut menyebar abu jenazah di laut karena mereka tidak tahu kemanakah arah abu jenazah akan pergi. Menurut Mr Richard, pemakaman di laut yang benar adalah menaruh peti langsung ke laut bukan dengan menyebar abu jenazah ke laut.

Menurut Mr.Richard ceng beng adalah kegiatan mengenang yang anda kasihi bukan harus pergi ke kuburan, karena ceng beng/cing ming adalah tradisi lluhur saja. Jadi kalau tidak bisa ke kuburan. Makanya di rumah orang tionghoa biasanya ada foto dari orang yang dikasihi dan anak-anak keluarga kita di minta untuk pay-pay dan menghormati leluhur. Jadi pemikiran ceng beng bukan bersih-bersih kuburan.

Melantjong Petjinan Soerabaia Episode 3 – Bongpay

Melantjong Petjinan Soerabaia Episode 3 – Bongpay


Okay berlanjut postingan saya introduction dari sebelumnya setelah dari Bibis no 3 yang dulunya adalah Kantor redaksi Sin Ti Po berlanjut naik angkot menuju tempat pembuatan bongpay/nisan praloyo yang terletak di jalan bunguran 91 yang lokasinya terus lurus setelah pasar atom dan sebelum jalan kembang jepun (Kya-Kya).

Bongpay sendiri berarti nisan yang dipasang dikuburan tionghoa. Bong yang perarti kuburan/makam. Pay berarti berdoa/menghormati atau biasa disebut pay-pay dalam bahasa mandarin.

Pemilik dari toko Tjwan Tik Sing (Nisan Praloyo) adalah Pak Suwanto yang menjadi penerus generasi ke-3 dari bisnis Bongai ini. Toko perusahaan batu bongpay sudah berdiri sejak tahun 1937. Persaingan dalam bisnis Bongpay selalu ada. Bahan batu dari bongpay ini di datangkan dari Makasar, ujung pandang. Namun kualitas batu dari makasar akan mengikis setelah 10 tahun lamanya. Kemudian di datangkan dari Jawa tengah, namun kualitas cepat berubah warna batu. Kemudian di coba lagi batu yang berasal dari Bandung, namun kandungan air pada batu cukup banyak.

Harga dari bongpay sendiri paling murah adalah Rp.2,5 juta dengan kualitas biasa. Pada jaman dahulu bongpay dibuat dari batu kemudian di jaman sekarang mulai beralih ke marmer/granit selain lebih awet namun juga lebih elegan dalam estetika bongpay.

Pertanyaan menarik dari salah seorang pengikut tur ini menanyakan apakah batu nisan bongpay sendiri dapat diganti misal dengan plastic atau apa kenapa kok pakai batu? Jawabannya adalah kepercayaan orang tionghoa, yang menggunakan batu sebagai bongpay kuburan karena batu yang bersifat alam. Dan yang berasal dari alam akan memiliki kekuatan alam sehingga tidak boleh diganti dengan material lain. Bisa saja plastik atau batu campuran dibuat tapi namanya adalah membohongi.

Ada aturan dalam pembuatan bongpay dilihat dari segi hongshui/fengshui. Jadi orang akan repot-repot membuat bongpay karena ada sangkut pautnya dengan fengshui keturunan dari yang meninggal tersebut. Sehingga pembuatan bongpay harus hati-hati dan tidak asal mencari suhu(pendeta). Karena bala/musibah yang terjadi bukan untuk yang meninggal tapi yang masih hidup. Biasanya dalam penulisan bongpay warna orang yang sudah meninggal berwarna kuning emas dan yang masih hidup berwarna merah, jika orang yang berwarna merah telah tiada maka tulisan pada bongpay akan dirubah menjadi kuning emas juga.

 

Melantjong Petjinan Soerabaia Episode 3 – Introduction

Melantjong Petjinan Soerabaia Episode 3 – Introduction


Minggu 25 April 2010 pagi itu dengan hujan rintik-rintik dengan semangat 45 *halah* tidak membuat saya menyerah untuk menuju Jl. Bibis no 3 Surabaya (ex Redaksi Sin Ti Po 1929-Bibisoversvaart 3) , meskipun Sidoarjo dan Surabaya sama-sama diguyur hujan pagi itu.

aya berterimakasih pada rekan saya Mas Fahmi , Ko Jie, Ce Maya selaku panitia dari acara Melantjong Petjinan Soerabaia Episode 3 dengan tema Ceng Beng / Cing Ming telah mengajak saya untuk berkeliling tempat-tempat yang berhubungan dengan pekuburan pecinan/tionghoa. Tour ini menggunakan angkot/bemo, untuk pertama kalinya saya muter-muter tempat-tempat di Surabaya naik angkot.

Definisi ceng beng sendiri menurut Pak Suparto (penulis novel, serta kontributor Koran Penyebar Semangat yang juga pelestari budaya jawa) sebagai salah satu narasumber yang dihadirkan kali ini adalah masa dimana panen gula. Kemudian setelah petani gula panen, mereka akan menonton bioskop koboi. Pak Suparto ini mengerti tentang sejarah daerah-daerah Surabaya yang dulunya adalah makan tionghoa yang kemudian dijadikan sebagai perumahan atau jalan.Ceng beng biasanya dilaksanakan pada tanggal 5 bulan April.
Di atas nisan biasa terdapat 3 patung dewa yakni Fu, Lu, Su. Fu yang berarti rejeki, lu berarti masa depan, Su berarti umur panjang.
Okai ikuti perjalanan saya di postingan-postingan selanjutya. Silakan menikmati perjalanan saya kawan..

Pengalaman di Pengadilan Negri Surabaya

Apa kabar kawan ? saya harap anda sehat-sehat selalu 🙂

Kali ini saya membahas pengalaman saya di pengadilan negeri Surabaya yang terletak di Jl.Arjuno 16-18. Lokasinya tidak jauh-jauh amat dari tempat hiburan malam Meteor atau skearang dikenal dengan nama MGM.

Ceritanya berawal dari saya salah belok di daerah putar balik kebun binatang surabaya ke arah dinoyo. Saya sudah tahu kalau ada polisi di sana yang stanby namun karena saya merasa benar rute yang saya lewati saya belok saja. Dan pada akhirnya tau sendiri lah apa yang terjadi. Yang pasti saya ditangkap bukan karena pemakai narkoba mengingat saya anak alim hahaha :p

Ok jam tilang pukul 9 tanggal 19 Maret 2010, yang mana saya harus merelakan waktu untuk tidak mengajar murid saya yang cerdas-cerdas. Hari telah berlalu begitu cepat hingga tadi pagi tepat di jam 9 tanggal 19 maret saya tiba di pengadilan negeri Surabaya.

Begitu tiba di parkiran langsung masuk ke ruangan sidang yang dituju misal dalam kasus saa ruangan Niaga. Suasana terdapat ruangan sidang yang tersekat-sekat sehingga anda dapat melihat acara sidang yang lain. Segera saja serahkan surat tilang anda di meja depan dalam ruangan sidang untuk di tumpuk dan dilakukan pencarian berkas.

Antrian penuh sesakan membuat ruangan terasa pengap dan panas meskipun jendela sudah dibuka. Nah saya akan berbagi prosedur menurut saya saat anda melaksanakan sidang tilang, karena saya tidak melihat SOP atau Standard Operasional Procedure dalam pengambilan berkas sidang.

  1. Masuk ke ruangan sidang anda
  2. Serahkan surat merah tilang anda ke petugas di meja depan (pastikan tanggal dan jam sidang anda tepat, karena jika tidak tepat anda akan dipanggil lagi dan dikembalikan surat anda untuk datang di saat yang tepat)
  3. Tunggu nama anda di panggil, selagi anda menunggu anda bisa baca-baca blog saya ini dulu :p
  4. Setelah nama anda dipanggil segera maju ke meja hijau depan untuk mengambil berkas dan membayar denda tilang anda
  5. Setelah denda telah di bayar silakan keluar dan lanjutkan kembali aktivitas anda 😀

Saya teringat dulu saya menggunakan jasa calo di depan pengadilan ini yang kena Rp.75.000 yang mana prosesnya lama sekali hingga saya harus mengambilnya di sore hari, tapi dengan saya berusaha sendiri saya hanya terkena Rp.26.000 saja ! save Rp.50.000 for hunting resto 🙂

Semoga dari cerita saya ini membuat anda lebih berhati-hati di jalan dan mematuhi aturan lalu lintas baik rambu-rambu yang ada dan marka.

Jalan Jalan Mangrove Wonorejo

Jalan Jalan Mangrove Wonorejo


Perjalanan saya dan rekan-rekan fotografi dan pencinta kuliner Surabaya kembali berlanjut, dengan di usung part kedua oleh rekan kuliner Inijie yang mana mengadakan acara Jalan-Jalan Mangrove.

Hari libur yang seharusnya digunakan untuk beristirahat kami gunakan sebaik mungkin untuk jalan-jalan bersama dan hunting foto.Tidak lupa dengan rekan blogger evelyn yang juga cukup akrab juga dengan saya di dunia per-bloggeran.


Dilaksanakan pada jumat tanggal 26 februari 2010 lalu, berkumpul di depan STIKOM Surabaya. Berawal dari STIKOM kumpul setengah 7 pagi kemudian langsung di lanjutkan ke Hutan Mangrove Wonorejo belakang STIKOM Surabaya. Nampak perbedaan suasana yang tidak tandus dan gersang seperti padang pasir, karena setahun yang lalu saya dan teman-teman STIKOM menanam pohon mangrove suasana saat mau masuk ke dermaga sangat gersang namun sekarang banyak tumbuh-tumbuhan.

Biaya naik kapal untuk menyebrangi sungai menuju lokasi Mangrove cukup merogoh kocek Rp.20.000 dan untuk anak-anak cukup Rp.10.000. Anda akan memperoleh pinjaman vest pelampung orange saat menaiki kapal untuk menyeberangi sungai.


Di hutan mangrove ini lebih cocok untuk memang melihat pemandangan dan hunting foto karena lighting di pagi hari cukup bagus, alhasil hasil huntingan foto saya pun tidak mengecewakan meskipun saya tidak menggunakan SLR berkelas tinggi namun hanya Kodak C713.



Touring Baksos Madura

Touring Baksos Madura

Perjalanan saya kali ini bukan ikut tour melainkan dalam misi baksos bersama gabungan Lions Club Surabaya, dimana saya terlibat sebagai anggota dari Lions Club Surabaya Champion New Century. Perjalanan Baksos Minggu 31 Januari ini, dari Surabaya ke Madura melewati Suramadu tidak jauh dan mahal. Untuk naik sepeda motor cukup mengeluarkan Rp.3000 untuk sekali masuk,sedangkan mobil Rp.30.000. Perjalanan menempuh madura melewati Suramadu sekitar kurang lebih 15 menit.

Sesampainya di Madura perjalanan yang membuat saya kesasar untuk menuju Desa Bunajih yang letaknya ternyata putar balik dari jembatan atas setelah melewati tol madura.

Hunting foto sangat bagus dilakukan apalagi pemandangan yang masih natural dan alami banget cocok untuk pencinta fotografi selama perjalanan menuju lokasi.

Jalan menuju desa bunajih sebagai proyek kepedulian sosial memiliki medan yang cukup berat dilalui dengan mobil, untungnya perjalanan saya naik motor dari Surabaya :p.

Sesampainya di lokasi (Desa Bunjaih Madura) masyarakat yang sudah kumpul sangat antusias dan banyak sekali. Baksos yang dilakukan seperti : Pembagian kaca mata baca, pengobatan masal, akupuntur, pemeriksaan kesehatan gratis, pelatihan tata rias, pemberian makan gizi balita.

Acara yang di dukung oleh Bupati Madura, Lions Club, dan turut serta Leo Club ikut membantu berlangsungnya baksos disini.

Perjalanan pulang dilanjutkan dengan hunting makan, kali ini di Arudam Wisata Kuliner Madura. Menu yang saya coba tidak jauh beda dengan Soto Daging Madura di Surabaya untuk segi rasa dan warna kuahnya yang kuning. Disini bisa melihat view Suramadu dari sisi lain, perjalanan menuju pulang juga hunting foto di daerah pinggiran, view yang bagus-bagus untuk mencari Suramadu dari angle lain.

Permasalahan utama kota Surabaya adalah sampah juga menaungi daerah pinggir pantai disini, sangat disesalkan sampah dibiarkan begitu saja tidak peduli dengan dampak lingkungan yang terjadi apalagi di pinggir laut Madura.