Banyak kaum muslimin penderita diabetes yang ingin menjalankan ibadah puasa, meskipun mereka terlepas dari kewajiban itu bila kondisi kesehatan mereka tidak memungkinkan. Mengingat setiap penderita diabetes memiliki derajat penyakit yang berbeda-beda, pertanyaan apakah seorang diabetesi boleh berpuasa seringkali menjadi dilema yang dihadapi para ulama dan dokter.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Clinical and Experimental Hypertension edisi Juli 2008 menunjukkan bahwa penderita diabetes yang terkelola dengan baik dapat berpuasa dengan aman. Berikut adalah beberapa pedoman bagi seorang diabetesi, apakah sebaiknya berpuasa:
Dapat berpuasa dengan aman bila:
telah meminta saran dokter mengenai kondisi kesehatan dan mendapatkan obat-obatan yang sesuai selama berpuasa.
dapat mengendalikan diri tidak mengkonsumsi makanan dan minuman manis secara berlebihan pada saat berbuka dan sahur.
Sebaiknya tidak berpuasa bila:
Diabetes tidak terkelola dengan baik.
memiliki komplikasi diabetes serius seperti penyakit jantung atau hipertensi.
sedang hamil atau menyusui.
memerlukan pengawasan atau perawatan harian (seperti pada lansia atau mereka yang memiliki masalah kesadaran atau pemahaman).
sedang sakit dengan kondisi temporer seperti flu dan lainnya yang cukup berat.
memiliki riwayat diabetik ketoasidosis (kedaruratan yang terjadi saat gula darah tidak tersedia sebagai sumber tenaga sehingga tubuh menggunakan lemak sebagai penggantinya) atau rentan pingsan karena hipoglikemi.
Beberapa tips berpuasa bagi penderita diabetes:
Mintalah saran dokter sebelum dan selama berpuasa, karena mereka mungkin akan mengubah atau mengganti obat yang harus dikonsumsi.
Jangan menghentikan pengobatan, tetapi dosis dan waktunya harus disesuaikan dengan waktu berpuasa.
Usahakan untuk menambah porsi makanan yang lambat dicerna seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan biji-bijian sehingga tidak menyebabkan lonjakan gula darah segera setelah berbuka.
Usahakan untuk makan sahur sedekat mungkin dengan waktu imsak/subuh, bukannya di tengah malam. Hal ini akan membuat gula darah lebih terjaga selama masa berpuasa.
Pantaulah kadar gula darah secara ketat, misalnya tiga jam setelah berbuka atau sebelum makan sahur dan di siang hari. Hasil pengukuran dapat menunjukkan bagaimana tubuh beradaptasi terhadap rutinitas baru.
Minumlah banyak air putih tawar di malam hari. Kurangi konsumsi teh dan kopi karena cenderung merangsang keluarnya air seni sehingga memicu dehidrasi di siang hari.
Bila mengalami gejala kadar gula rendah (hipoglikemi) seperti berkeringat, gelisah, gemetar, lemah atau bingung, sebaiknya segera berbuka dengan minuman bergula yang diikuti makanan kaya karbohidrat.
Setelah Ramadhan, kunjungi dokter untuk memastikan kadar gula darah terkelola dengan baik dan apakah obat-obatan yang diberikan perlu disesuaikan kembali.
Selamat berpuasa, tetap bergerak dan tetaplah sehat
Sumber: Majalah Kesehatan (Agustus 2012)