Ear candling, dikenal juga dengan terapi lilin. Lilin yang digunakan adalah lilin berbentuk tabung berdiameter kecil, yang telah direndam dalam beeswax atau parafin dan dibiarkan hingga mengeras. Sesuai namanya, terapi ini dilakukan dengan menyalakan lilin khusus yang diletakkan di liang telinga. Tentu saja ‘pasien’ harus berbaring miring ke satu sisi, sementara ‘terapis’ menyalakan lilin dan membiarkannya terbakar selama beberapa menit.
Prosedur ear candling
Lilin dinyalakan. Lilin yang terbakar akan ‘dijaga’, dengan menggunakan semacam tusuk gigi untuk mempertahankan agar lubang di puncak lilin selalu terbuka selama proses berlangsung. Setelah lilin dimatikan dan disingkirkan, sebungkah kapas padat digunakan untuk membersihkan kotoran telinga yang nampak, dan seringkali diperoleh ‘minyak telinga’ (ear oil).
Beberapa praktisi meletakkan lilin yang masih panas itu di dalam semangkuk air, dan mengklaim bahwa semua yang ada di dalamnya -yang bukan beeswax- adalah kotoran telinga, kulit mati, residu obat, atau ‘peninggalan’ infeksi ragi di waktu lalu (yang kesemuanya belum ada buktinya).
Prosedur terapi ini mestinya menciptakan kehampaan ringan (hampa dalam artian tekanan udara di bawah tekanan udara atmosferik/ruang), yang dapat menarik kotoran telinga (earwax, cerumen) keluar dari liangnya.
Apa yang diklaim?
Sesuai yang saya lihat di televisi, terapi ini mengklaim mampu melakukan sesuatu pada sinus, membersihkan kotoran, melegakan, dan mengurangi sakitnya. Katanya pula, penderita sinusitis rongga hidungnya basah (??), dan terapi ini dapat membuka salurannya.
Terus terang saya kurang mengerti. Ya kata-katanya, ya klaimnya. Mungkin ini karena reporternya (yang menjalani terapi) yang bercerita, bukan terapisnya.
Beberapa pendukungnya mengklaim bahwa pengotor (impurities) dapat disingkirkan dari telinga bagian dalam, sinus fasial (rongga sinus di daerah wajah), atau bahkan otak (hah?!), yang kesemuanya entah bagaimana terhubung ke liang telinga.
He? Ada kanal dari otak saya ke telinga? Astaga. Mungkin saya jangan terlalu keras belajar, menjadi pintar, dan berotak encer. Nanti malah meleleh ke luar dan saya rugi. Ups. Hiperbolik.
Dia mengatakan bahwa candling akan menyingkirkan ragi dan membersihkan sinus. Dia juga bilang, khususnya jika kita hidup di lingkungan perkotaan, candling akan membantu mengeluarkan banyak kotoran dan polutan yang dapat terakumulasi di dalam telinga. [Testimony of an injured victim]
Hampir semua paket pengarahan mengindikasikan bahwa telinga akan terasa hangat (tidak panas) dan pengalaman ini akan menenangkan, bahkan bagi jiwa.
Uji skeptis
Berikut adalah kutipan dari artikel tentang ear candling di Quackwatch:
Suatu pameran menggelar ear candling seharga $30. Orang-orang yang ‘menjual’ ini berkata bahwa pengisapan oleh lilin dapat ‘menjernihkan pikiran dan sinus’. Saya bertanya-tanya untuk memastikan bahwa mereka benar-benar memaksudkan penjernihan tersebut secara literal, bahwa telinga adalah sebuah bukaan dari otak dan sinus. Seorang perempuan yang menjadi pelaksana menyatakan, “(Terapi ini) membersihkan seluruh kepala, otak, dan semuanya – mereka semua terhubung, kau tahu”.
Candling dilakukan di meja depan kios, sehingga wajah-ingin-tahu orang yang menjalani ‘terapi’, yang telinganya ditancap lilin menyala, menarik perhatian banyak pengunjung. Selama proses berlangsung, campuran keabuan dari gumpalan dan lelehan wax dikumpulkan dalam sebuah piringan yang diletakkan di bawah lilin.
Campuran tersebut tidak tampak seperti lelehan lilin, namun tampilannya tampak meragukan. Pelanggan diberitahu bahwa campuran itu adalah pengotor yang telah disingkirkan. Dan banyak di antara mereka yang memamerkannya dengan bangga, membandingkan antara miliknya dan milik orang lain, serta memberikan komentar yang meyakinkan.
Untuk menguji ini, Rebecca Long, presiden Georgia Council Against Health Fraud, mencobanya di rumah usai menonton pertunjukan tersebut. Dengan bantuan seorang teman, arahan dari kemasan diikuti dengan cermat.
Ia temukan bahwa candling menghasilkan suara berdesis, yang mirip dengan suara kelomang yang didekatkan ke telinga, namun jauh lebih keras. Namun udara di dalam telinganya menjadi terlalu panas sehingga ia harus menghentikan percobaan.
Selanjutnya, dilakukanlah sebuah percobaan sederhana lainnya: membandingkan hasil kerja ear candling dengan dan tanpa telinga. Dua penyelidik menguji lilin untuk melihat apakah wax yang terkumpul setelah pembakaran seluruhnya berasal dari lilin atau juga mengandung wax yang keluar dari telinga.
Untuk melakukan ini, mereka membakar lilin dan menempatkan ujungnya: (a) di dalam liang telinga, (b) di luar liang telinga, sedemikian rupa sehingga wax yang menetes akan tertampung dalam semangkuk air, dan (c) di dalam liang telinga namun dengan tube penghalang, sedemikian sehingga memungkinkan kotoran telinga bergerak ke dalam tube namun menghalangi wax lilin bergerak turun (ke dalam liang telinga).
Uji ini memberi hasil bahwa semua residu yang terbentuk berasal dari lilin dan tidak ada kotoran telinga yang dikeluarkan.
Ear candling’s not working, my dear!
Karena wax bersifat lengket, tekanan negatif (vakum) yang diperlukan untuk menariknya ke luar rongga telinga haruslah sedemikian kuat sehingga dapat merusak gendang telinga pada prosesnya. Bagaimanapun, ternyata prosedur candling bahkan tidak menghasilkan kondisi vakum.
Peneliti yang mengukur tekanan menemukan bahwa tidak tercipta tekanan negatif selama proses candling terhadap relawan. Penyelidik yang sama telah melakukan candling selama 8 tahun dan menemukan bahwa tidak ada kotoran telinga yang dikeluarkan, dan wax lilin justru menumpuk di dalam telinga(!).
Pernyataan bahwa liang telinga terhubung ke struktur di dalam gendang telinga adalah palsu. Liang luar telinga, beserta gendang telinga di dalamnya, tidak terhubung ke otak, sinus (yang menjadi target ‘terapi’), ataupun saluran Eustachia (kanal antara telinga tengah dan bagian belakang kerongkongan).
Ada klaim yang menyebutkan bahwa gendang telinga berpori dan dapat melewatkan pengotor dengan cepat. Ini tidak benar. Pengotor yang terdapat di wax yang terkumpul tak lebih dari abu/sisa dari pembakaran lilin dan kerucut penyangganya.
Bahaya ear candling
Candling berisiko terhadap beberapa bahaya, dan yang paling serius adalah terbakar oleh lilin panas. Pembuat lilin mengklaim bahwa lilin mereka hanya akan menetes di bagian luar telinga. Dan anda bisa berkomentar bahwa itu merupakan kecerobohan praktisinya.
Tentu saja ada cara untuk menghindari masuknya tetesan lilin cair ke dalam telinga: posisikan lilin dalam keadaan mendatar. Tapi saran dari produsen ini terdengar konyol. Bagaimana bisa tercipta suasana vakum? Lilin yang mendatar tidak dapat menutup rapat liang telinga pasien yang sedang berbaring miring ke satu sisi.
Sebuah pendataan pada tahun 1996 terhadap 144 dokter THT menemukan bahwa 14 di antaranya didatangi oleh pasien yang terluka oleh ‘terapi’ lilin ini. Termasuk -setidaknya- 13 kasus luka bakar luar, 7 kasus liang telinga yang tersumbat lelehan lilin, dan 1 kasus gendang telinga yang rusak (bolong, perforated).
Dilaporkan oleh The London Free Press, harian Kanada. Seorang perempuan yang mengalami penyumbatan di hidung dan sakit telinga saat melakukan scuba diving pergi ke sebuah toko ‘makanan kesehatan’ dan dirujuk ke seorang praktisi candling yang ‘diakui’.
Selama ‘perawatan’, ia merasakan sensasi terbakar yang kuat di telinganya. Di ruang rawat gawat darurat, usaha untuk menyingkirkan tetesan wax yang menempel di gendang telinganya mengalami kegagalan. Operasi dilakukan, dan ditemukan sebuah lubang di gendang telinganya, yang kemungkinan besar terjadi akibat candling.
Untungnya, perempuan tersebut pulih secara penuh dan pendengarannya normal kembali. Praktisi ear candling tersebut meminta maaf, memberikan kompensasi, dan berhenti melakukan praktik ear candling.
Sebagai penutup, inilah penjelasan dari Sandra Yemm, seorang praktisi ear candling, ketika ditanyakan tentang kasus rusaknya gendang telinga yang saya sebutkan tadi:
Ear candling doesn’t remove the wax from one’s ears. But she says that’s not the point: “It doesn’t matter whether it’s being removed or not because you’re going to get some harmony through the changing of the energies and perhaps that’s all that’s needed.”
Very funny. Where do you perform the on-stage joke, ma’am?
Update [16 April 207, 10.30]: Pendapat dan pengalaman dari seorang ‘pengguna’ layanan ini dapat dilihat di sini, sebagai komentar atas posting ini yang dimuat di Wikimu dengan sedikit perubahan (judul diubah menjadi Dusta terapi ear candling). Sila ikut berkomentar di sana jika ingin.
Sumber:
Ear candling on skeptic’s dictionary. Pertanyakan sebelum percaya.
Why ear candling is not a good idea. Ya, mengapa? Dua jawabannya diberikan oleh ‘pasien’ yang pernah melakukannya. Cukup untuk membuat anda berpikir dua kali sebelum mencoba.
The lowdown on ear candling, halaman 1 dan 2. Tidak hanya tak-efektif, tapi juga dapat melukai.
Ear candling. Sebuah percobaan yang menyertakan gambar-gambar dokumentasi.
Beware of the ear candle! dan a cautionary tale.
The ear wax FAQ. Ear candling exposed. Keduanya disusun oleh dr. Hoffman di bawah titel Medical Consumer’s Advocate. Just because it’s ‘alternative’, it isn’t necessarily good!
Ear candling: Conflicting informations, confused consumers. Dari Healthy Hearing.
Keeping ears clean. Bagaimana cara terbaik membersihkan telinga. Wajib baca.
Sumber : http://lita.inirumahku.com/health/lita/terapi-pembersihan-telinga-yang-tidak-membersihkan/
——
Comment saya pribadi :
Memang akhir-akhir ini sedang marak ear candling, saya pikir ini memang ampuh untuk membersihkan kotoran telinga haha :p eh setelah baca artikel ini jalan pikiran saya terbuka hoho..terima kasih pada lita.inirumahku.com atas artikel yang sangat berharga 🙂